Mau berdiri atau duduk, aku sangat menikmati setiap menit yang aku lewatkan di atas angkutan. Kenapa? Karena di angkot kita bisa ketemu banyak orang yang macam-macam. Jadilah, aku punya kebiasaan celingukan di atas roda-roda berputar yang mengantarku ke tempat yang aku mau.
Yang paling suka aku liat kalau ada perempuan muda pake baju modis dan dandanan cantik. Biarpun aku sendiri juga perempuan, buatku perempuan memang pemandangan yang indah. Mereka ini baru saja menjatuhkan tumit di atas angkot sudah langsung membuat semua mata menoleh. Aku sebut saja kelompok Molek.
Masih soal perempuan, ada juga yang bajunya kalem ato sporty tapi tetap indah dipandang. Mereka bukan tipe yang terlalu percaya diri menarik perhatian orang banyak, meski ketika tidak satupun kelompok molek ada di atas angkot, orang-orang pasti ganti menoleh pada mereka. Aku sebut mereka kelompok Cantik.
Trus ada mas-mas yang rata-rata pake kemeja ato kaos. Biasanya mereka nggak begitu mencolok. Aku simpulkan laki-laki yang memilih buat naik angkot itu tipe orang yang gayanya simpel dan sederhana. Pada umumnya mereka baik dan sopan. Soalnya sudah puluhan kali aku ditawari duduk oleh para laki-laki, sementara perempuan bisa sampe saling sirik gara-gara urusan meletakkan pantat. Para laki-laki ini masuk kelompok Adam.
Sisanya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu dari yang masih keliatan sehat sampe yang tampak mengkhawatirkan. Aku sering menerka-nerka, apa gerangan yang membuat mereka harus meninggalkan rumah, dan naik angkot yang seringkali nggak ramah ini? Mereka kusebut kelompok Di Atas Umur.
Kadang-kadang ada juga yang penampilan ataupun gayanya nggak cocok buat naik angkot. Misalnya yang pake baju kelewat seksi trus jadi risi sendiri waktu angkotnya penuh, ato yang maunya dapat posisi enak/bersandar/ngerokok di tengah. Aku sebut mereka kelompok Salah Tempat.
Asyik betul mengamati mereka semua. Urusan rambut, tas, baju, juga sepatu bikin aku nggak pernah bosan. Tapi itu dengan catatan aku sendiri nggak lagi buru-buru haha.... Mungkin mereka juga sama, mengamati aku dan orang-orang lainnya.
Tapi pastinya, harus hati-hati sama semua orang. Tadi pagi misalnya, waktu aku berusaha menyelipkan tubuh di antara 2 penumpang menuju pintu belakang bis, secara kebetulan aku liat tangan di dekat ritsleting tasku. Si pemilik tangan rupanya sadar perbuatannya ketauan. Aku liat mas yang berkaos putih itu, menarik tasku, lalu turun. Mas kaos putih itu nggak ikut turun, padahal dia sempat belagak menuju pintu juga. Maap ya mas, belom rejekimu. Eh, memang bukan rejekimu lho.
Aku pulang dulu deh, tentu saja tetap naik angkot. Ada resikonya, tapi rasanya terbayar dengan keasyikannya kok.
1 komentar:
Wajah angkutan kita memang tak selalu sedap di pandang. Tapi di tengah ketidaksedapan itu terkadang masih ada sesuatu yang enak di pandang. Walau tetap harus ekstra hati-hati. Karena kesedappandangan bisa menghadirkan ketidaksedappandangan seketika.
Posting Komentar